JEJAKA-Jejak Jejak Kapmepi

Foto saya
Yogyakarta, Indonesia
Kami adalah sebuah wahana dan forum, tempat menampung para pemuda Luar Biasa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta... Kami Bernama Kapmepi (Kader Pengembang Moral Dan Etika Pemuda Indonesia)

Jumat, 15 Januari 2010

Potensi Pemuda


Berbagai hal menyangkut perubahan, selalu dikaitkan peranan pemuda. Sejarah membuktikan itu. Di berbagai belahan dunia, perubahan sosial-politik menempatkan pemuda di garda depan. Peranannya menyeluruh, tak hanya mata air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, bahkan pemuda sebagai air atau sumber energi perubahan. Tak tanggung-tanggung pemimpin besar seperti Bung Karno (Presiden RI Pertama) mengungkapkan kata-kata pengobar semangat “Berikan aku 100 orang tua, maka akan kupindahkan Mahameru. Tapi berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia. Begitu besarkah potensi pemuda? Tidak dapat disangkal lagi, kualitas generasi muda kita merupakan cerminan masa depan bangsa. Suatu bangsa yang gagal membina generasi muda – baik dari segi moralitas maupun kapabilitas – akan menjadi bangsa pecundang di kemudian hari.

Negara-negara maju di dunia sangat khawatir dengan kelanjutan masa depan negara mereka. Apalah artinya kemajuan ekonomi, kecanggihan teknologi, kekuatan militer, dan kepemimpinan atas dunia sementara generasi mudanya sedemikian rusak moralnya, bodoh, dan tidak bisa diharapkan di masa depan. Bayang-bayang kemunduran atau bahkan kepunahan sebagai bangsa tampak begitu mencekan dan menakutkan.

Bangsa kita pun juga dihadapkan pada masalah besar saat ini. Generasi muda kita tengah terjebak dengan berbagai masalah seperti narkoba, tawuran, seks bebas, budaya permissive yang kebablasan, kualitas SDM yang rendah. Selain itu korupsi dan kolusi yang merajalela, main mata penguasa dan pengusaha, kemaksiatan yang merata, dan intervensi asing yang leluasa, telah menegasikan keadilan dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa. Saat ini kita seakan menemui kebuntuan dalam menentukan solusi yang terang.

Kebuntuan ini bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Ada kerja besar yang harus dilakukan untuk sebuah perubahan besar di masa depan. Melahirkan generasi baru yang sama sekali berbeda. Menanamkan keimanan dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Menumbuhkan ilmu pengetahuan di sel-sel otak mereka yang cerdas dan gemilang. Mengarahkan potensi generasi muda agar terarah dan berkembang.

Berbagai elemen bangsa harus bangkit dan saling bahu-membahu untuk mengembangkan berbagai program pembinaan generasi muda yang bermuara pencapaian kualitas iman dan takwa serta penguasaan ilmu pengetahun dan teknologi yang mumpuni. Maka kerja besar membangun peradaban besar sedang dimulai..

Kamis, 07 Januari 2010

Menata Pemuda Indonesia

Menata Ulang Pemuda Indonesia

Oleh: Seorang Sahabat Muda*)


Indonesia telah melewati separuh perjalananya sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Secara biologis, usianya akan menginjak 66 tahun pada 17 Agustus tahun ini. Namun kita perlu mengingat apa yang pernah disampaikan oleh Bung Hatta, bahwa bangsa Indonesia memang telah berhasil mencapai cita – cita revolusinya tetapi Indonesia belum mencapai cita – cita sosialnya.

Kemiskinan, kelaparan, kebodohan dan permasalahan sosial lainya masih menjadi potret buram kondisi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah bak fatamorgana ditengah padang pasir ketika berhadapan dengan kondisi Indonesia hari ini. Indonesia, yang oleh Multatuli di ibaratkan sebagai jamrud khatulistiwa tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi jutaan penduduknya. Indonesia, negeri yang dikenal dengan kekayaan baharinya dan ketangguhan nelayanya tidak mampu mensejahterakan para nelayanya. Indonesia, yang tanahnya oleh Koes Plus dipuji sedemikian rupa hingga tongkat, kayu dan batu jadi tanaman tidak mampu mensejahterakan petaninya. Indonesia hari ini, adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan pada generasi yang akan datang.

Kita tentu merindukaan kejayaan Indonesia yang saudagarnya melanglang buana hingga ke jazirah arab dan nelayanya mengarungi samudera sedemikian jauhnya. Merindukan nama Indonesia yang pernah dikenang sebagai negara yang tangguh, yang memimpin bangsa Asia dan Afrika menggapai kedaulatanya. Merindukan kejayaan dengan berjuta sumberdaya alam dan sumber daya manusianya.

Kejayaan sebuah negara, tidak ditentukan oleh seberapa lama negara tersebut telah berdiri. Mesir yang telah berdiri sejak zaman fir’aun berkuasa, kondisinya tidak lebih baik dari Singapura yang baru berdiri. Kejayaan sebuah negara, juga tidak ditentukan dari seberapa banyak kekayaan alamnya. Kondisi Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, tidak lebih baik dari Jepang. Lalu mungkinkah Indonesia mencapai kembali kejayaanya? Tentu bisa. Bagaimana caranya? Dengan Menata Ulang Pemuda Indonesia

Mengapa Pemuda?

”Berikan padaku sepuluh pemuda, dan akan ku guncang dunia” (Soekarno). Pendar optimisme Soekarno dalam pernyataan diatas masih terngiang dalam benak kita. Menekankan betapa figur pemuda merupakan pilar bagi sebuah bangsa dalam pandangan seorang pemimpin. Ia adalah sekelompok manusia yang menjadi cerminan eksistensi sebuah bangsa. Bukan cuma Soekarno yang menaruh perhatian pada pemuda, setiap pemimpin sejati pasti memberikan perhatian besar pada para pemudanya.

Pemuda adalah titik tolak. Ia sangat menentukan jauh dekatnya sebuah kemajuan. Apakah kemajuan dalam skala indivisu maupun dalam skala bangsa. Dalam diri pemuda berhimpun seluruh momentum kejayaan. Momentum kejayaan fisik, kejayaan intelektual dan momentum kejayaan idealisme. Dan momentum dalam banyak kejadian tidak pernah berulang untuk kedua kalinya.

Masa lalu adalah momentum terjauh dalam kehidupan kita karena ia tidak pernah kembali. Masa depan adalah momentum terjauh dalam kehidupan kita karena kita tidak pernah tahu apakah ia akan kita lewati. Masa kini itulah sebenar – benarnya momentum. Pemuda terbaik adalah mereka yang mampu memanfaatkan momentum masa kini. Mereka yang mampu mengolah momentum kejayaanya menjadi ledakan – ledakan prestasi.

Tahun 2004 Indonesia memiliki 37 % pemuda yang didalam dirinya berhimpun momentum kejayaan. Bahkan sejak tahun 2000 prosentase itu tidak pernah bergeser yang menandakan sepertiga penduduk Indonesia dipenuhi dengan momentum – moentum kejayaan.
Lalu mengapa Indonesia justeru menjadi negara miskin dan terkorup justeru ditengah – tengah momentum – momentum kejayaan yang luar biasa. Mengapa momentum – momenntum itu tidak pernah menjadi ledakan – ledakan prestasi yang membuat bangsa Indonesia tercapai cita – cita kemerdekaanya yang sejati sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Paradoks momentum kejayaan ini semakin memprihatinkan saat kita memiliki realita bahwa negeri kita adalah zamrud khatulistiwa dengan kekayaan laut dan daratan yang melimpah.

Menyalakan lilin tentu jauh lebih bermakna daripada mencela kegelapan. Merekayasa momentum – momentum kejayaan yang terpendam dalam diri pemuda menjadi ledakan – ledakan prestasi tentu jauh lebih bermakna daripada kita terus mengeluh dan malu terlahir sebagai bangsa Indonesia.

Nelson Mandela, seorang pejuang Afrika, mengatakan tidak ada sesuatu yang hebat selain ketika Anda berhasil mengubah suatu tempat yang sulit berubah, dan menemukan jalan perubahan seperti yang Anda inginkan. Jadi, kita yang hidup dalam zaman ini, dipanggil oleh sejarah untuk melakukan perubahan yang berarti bagi negeri. Mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki untuk bersemi menjadi prestasi.

Pemuda dan Potensi Kejayaan Indonesia
Seorang pemuda, dalam dirinya berhimpunan isyarat kejayaan sebagai sebuah bangsa. Ada tiga isyarat kejayaan yang dimiliki oleh seorang pemuda yang menjadi sumber daya utama potensi kejayaan sebuah bangsa:
1. Isyarat Pergerakan (Mobilitas)
Pemuda, adalah generasi dengan ciri pergerakanya yang sangat dinamis. Jasadnya yang dalam keadaan puncak, memungkinkan dirinya untuk memiliki vitalitas pergerakan yang prima. Secara umum, pemuda adalah generasi yang paling siap untuk menghadapi dinamika perubahan yang bergerak sangat cepat dan persaingan yang semakin kompetitif.
Begitupun dengan sebuah negara. Negara yang berjaya adalah negara yang mampu mengelola dan menghadapi perubahan. Negara tersebut tidak menutup dirinya dari perubahan. Begitulah Jepang ketika restorasi Meiji digulirkan mengalami dinamika yang luar biasa. Atau saat tembok berlin runtuh, kita menyaksikan kehidupan Jerman Timur mulai berdenyut.

2. Isyarat Inovasi (Daya Inovasi)
Pemuda, adalah generasi dengan akal yang masih cemerlang. Kemampuan akalnya mampu mencipta berbagai hal yang dulu hampir tidak mungkin dijalankan atau diciptakan. Dengan rasa ingin tahunya yang besar terhadap segala sesuatu, pemuda terus menggerakan okalnya untuk menemukan hal – hal baru, menghadapi tantangan kehidupan dan menyelesaikanya.

3. Isyarat Mental (Ketangguhan Mental)
Pemuda, adalah sosok yang memiliki semangat yang membara bahkan dijuluki matahari yang sedang meninggi. Pemuda tidak pernah menyerah terhadap hambatan dan kegagalan. Dia juga tidak mudah tunduk pada perintah yang tidak sesuai dengan gairahnya.
Negara tangguh adalah negara yang memiliki ketahanan nasional yang kuat. Negara yang tidak mudah menyerah oleh berbagai krisis, juga tidak tunduk pada kekuasaan manapun yang merugikan bangsanya.


Dengan tiga isyarat kejayaan itulah, maka untuk bangkit dari segala permasalahan yang dihadapinya, agenda mendesak bangsa ini yang tidak kalah pentingnya adalah menata ulang para pemudanya. Hal ini mendesak karena para pemudalah pewaris sah negeri ini dimasa yang akan datang.

Para orang tua hari ini, harus memposisikan diri menjadi pengawal bagi para pemuda sehingga mereka mampu mengelola negeri ini. Negara harus mampu memadukan kebijksanaan para orang tua dengan semangat kaum muda. Tidak boleh ada yang memisahkan generasi tua dengan generasi muda karena keduanya adalah tali sejarah yang harus bersambung. Kebijakan yang benar maupun salah yang dilakukan oleh generasi terdahulu harus ditempatkan pada posisinya masing – masing.

Problematika Organisasi Kepemudaan
Di Indonesia beridiri banyak organisasi kepemudaan (OKP) yang secara umum ditujukan sebagai wadah bagi para pemuda untuk meggali, membina dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam OKP tersebut bergerak sesuai dengan visi, misi dan tujuan didirikannya. Ada yang bergerak dalam ranah – ranah politik, ekonomi, pengembangan teknologi, pendidikan dan sebagainya.

Sejak reformasi 1998, berbagai OKP terus bermunculan meskipun kemunculanya dengan beragam motif. Namun apapun motifnya, kemunculan OKP tersebut seharusnya berbanding lurus dengan penyelesaian berbagai masalah yang terjadi ditengah – tengah masyarakat. Bukan justeru sebaliknya, OKP tersebut disibukkan dengan permasalahan – permasalahan internal apalagi sampai terlibat bentrokan fisik sesama angotanya dan berujung pada perpecahan organisasi.

Ada beberapa permasalahan yang kerap dialami organisasi kepemudaan yang membuat organisasi tersebut tidak mampu berbuat banyak untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan ditengah – tengah masyarakat.
1. Inkonsistensi perjuangan
Masalah pertama ini kerap muncul saat organisasi sudah mulai membesar. Idealisme yang dulu menjadi fondasi gerakan mulai bergeser dan tergantikan dengan kepentingan sesaat. Kebaikan yang dulu menjadi ruh pergerakan dan menjadi penarik simpati massa mulai melemah dan akhirnya menjauhkan organisasi tersebut dari massa.
Terlalu banyak contoh organisasi yang kemudian hancur dalam sekejap bukan karena serangan atau tekanan dari luar tetapi karena kebusukan orang – orang didalamnya. Pada dasarnya setiap manusia menyenangi kebaikan karena itu merupakan fitrah yang dibawanya sehingga perlahan namun pasti organisasi yang berisi dengan keburukan akan hancur.
2. Kelemahan struktural
Perubahan – perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan kita. Dunia kini menjadi kampung kecil setelah teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat.
Perubahan tersebut berdampak pada kebutuhan struktur organisasi yang dapat dengan cepat merespon perubahan. Organisasi – organisasi yang memiliki rantai pengambilan keputusan terlalu panjang akan menyulitkan organisasi tersebut untuk bergerak lebih efektif.
Organisasi kepemudaan yang masih menggunakan hierarki organisasi terlalu panjang tentu saja akan mengalami kesulitan terlebih yang telah berskala nasional karena di Indonesia sendiri telah menjalankan otonomi daerah dimana terjadi desentralisasi berbagai kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3. Hambatan finansial
Masalah berikutnya yang sering menjadi permasalahan dalam organisasi yaitu masalah keuangan. Masalah ini bahkan cenderung menjadi permasalahan klasik yang seolah – olah pasti ada dalam sebuah organisasi.
4. Kemandegan regenerasi
Kemandegan regenerasi merupakan lampu merah bagi sebuah organisasi. Jika regenarasi sudah mandeg, maka organisasi tersebut tinggal menunggu waktu untuk hancur.

Membangun OKP dan Membangun Indonesia
Manusia adalah faktor terpenting dalam organisasi apapun entah itu negara, lembaga sosial bahkan perusahaan sekalipun. Karenanya untuk membangun kejayaan Indonesia sekaligus menyelesaikan permasalahan organisasi, pertama kali yang harus dibangun adalah manusianya. Dan dari sekian manusia yang harus dibangunkan pertama kali adalah pemudanya oleh karena potensi yang dimilikinya. Dan dari sekian potensi (isyarat kejayaan) yang dimiliki oleh pemuda maka yang harus pertama dan utama dibangun adalah mentalnya.

Ketangguhan mental para pemuda sesungguhnya telah termaktub dalam lagu kebangsaan yang senantiasa dikumandangkan dalam berbagai upacara kenegaraan. Bangunlah jiwanya menjadi syarat bagi terbangunya pergerakan (raga).

Membangun jiwa pemuda Indonesia itulah yang harus menjadi perhatian bagi OKP. Menjadi program prioritas sebelum program – program lainya. Anhar Gonggong (Sejarawan UI) menyimpulkan bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah bukan karena lahirnya kalangan terdidik akibat kebijakan politik etis tetapi karena telah lahir kalangan terdidik dan tercerahkan.

Karena inti utama organisasi adalah manusia maka untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh organisasi yaitu dimulai dengan mencerahkan para aktivis didalamnya. Disinilah kemudian sistem pengkaderan harus dibuat seoptimal mungkin sehingga seluruh potensi yang dimiliki oleh anggotanya dapat berkembang secara seimbang. Ketidakseimbangan pengkaderan dalam salah satu potensi akan membawa organisasi kedalam jurang kehancuran.

Organisasi yang terlalu bertumpu pada pergerakan berpotensi melahirkan kelelahan dan inkonsistensi pergerakan jika tidak diringi dengan pengkaderan yang maksimal dalam inovasi dan mental. Begitu juga jika organisasi bertumpu pada inovasi dan mental tetapi tidak pernah bergerak maka organisasi itu akan kehilangan daya tariknya.
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, OKP menghadapi tantangan dalam mempersiapkan regenerasi kepengurusan. OKP selama ini diasumsikan tidak bisa menawarkan keuntungan finansial bagi para penggiatnya. Disinilah letak dilematisnya karena begitu OKP menawarkan keuntungan finansial, konflik mulai bermunculan. Namun jika tidak ada solusi terahdap permasalahan finansial, maka organisasi ini bukan saja tidak mampu menggerakkan roda organisasinya tetapi juga kehilangan daya tariknya.

Sekali lagi, keseimbangan dalam pengkaderan memegang peranan penting. Tranformasi ideologi yang menguatkan mental para aktivis harus terus berjalan seiring organisasi tersebut menghadapi berbagai permasalahan sehingga ketika organisasi mengalami kesulitan keuangan, para anggotanya siap berkorban dan ketika organisasi menawarkan keuntungan secara finansial tidak ada yang merasa menjadi korban.
Untuk itulah setiap organisasi membutuhkan sistem keuangan yang rapih, transparan dan sehat. Setiap organisasi harus memiliki manajemen keuangan yang baik sehingga tidak adalagi istilah “Ketua adalah ujung tombak dan ujung tombok”.

Selanjutnya untuk memastikan regenerasi dan eksistensi organisasi, organisasi harus melakukan penelitian yang berkesinambungan baik secara internal maupun secara eksternal. penelitian secara internal memungkinkan organisasi mampu memetakan keadaan dirinya yang menjadi alat peringatan dini jika terjadi hal –hal yang membahayakan organisasi seperti motivasi yang rendah, ketidakpercayaan kepada pemimpin dan lain sebagainya. Penelitian eksternal dibutuhkan untuk menjembatani antara visi organisai dengan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini akan menciptakan titik yang paling efektif untuk mengkompromikan antara idealitas dengan realitas. Penelitian terkadang tidak mampu dilakukan oleh organisasi padahal ini adalah hal yang penting untuk mendeteksi kondisi. Bahkan dibutuhkan untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. Penelitian tidak selalu harus melalui serangkaian metodologi penelitian yang rumit meskipun seharusnya dengan kapasitas SDM yang dimilikinya, penelitian yang rumit pun tetap bisa dilakukan.

Jadi, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia dapat dimulai dengan menata ulang pemuda Indonesia. Untuk menata tersebut, pemuda perlu bergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan yang memungkinkan potensi yang dimilikinya tergali dan bersinergi dengan potensi pemuda lainnya.

Organisasi kepemudaan yang baik, akan mampu berkontribusi lebih banyak dalam penyelesaian permasalahan bangsa. Untuk itulah, persyaratan organisasi yang baik harus dipenuhi yaitu: Tersedianya sistem pengkaderan yang menyeimbangkan potensi akal (Daya Inovasi), mental (Ketangguhan Mental) dan jasad (Mobilitas), Sistem keuangan yang transparan dan sehat, Penelitian yang berkesinambungan, Struktur yang responsif.

Demikian beberapa catatan yang dapat diberikan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Semoga hari esok adalah hari dimana Indonesia menjelma menjadi negara yang aman, adil dan sejahtera sebagaimana cita – cita sosialnya. 



7 januari 2010, 22.45

Selasa, 05 Januari 2010

Sekilas Dari Sang Pemimpi

Setelah Nonton Bareng.....
ini dikit dari Sang Pemimpi :...
...
“Kalau tidak punya mimpi dan harapan, orang-orang macam kita ini akan mati,” ujar Arai.
Anda kenal dengan Arai dan Ikal ?, jika ‘ya’ maka pasti Anda telah membaca atau menonton film Laskar pelangi. Anak delapan tahun yang mengenyam pendidikan di madrasah yang nyaris roboh itu kini telah beranjak dewasa. Bertemu dengan sepupunya, Arai dan sahabat barunya Jimbron, mereka berusaha menggapai mimpi menjelajahi dunia. Mampukah mereka?

Dalam sekuel kedua film Laskar Pelangi ini, masalah yang akan dihadapi oleh tokoh-tokohnya akan jauh lebih kompleks dan dramatis. Terlebih tentang perasaan cinta, dan hasrat yang terpendam akan membius penontonnya di sela-sela cerita. Suasana tipikal kehidupan remaja kental dalam film ini. Remaja dengan mimpi yang besar, namun harus menghadapi tantangan sosial, ekonomi dan budaya yang berusaha menjerat mereka.

Berlatar 1980-an
Jika ikal kecil hidup pada tahun 1970-an maka, ketika beranjak remaja, masa pun berganti. Suasana diganti dengan era 1980-an, oleh karena itu tim produksi film benar-benar menciptakan suasana tersebut. Untuk menggambarkan kondisi Belitung masa itu, Riri bersama tim produksinya harus banyak melakukan riset. Mulai dari riset bangunan, kostum, gaya bahasa, sampai kecenderungan kegelisahan orang di masa itu.


Adegan di bawah air
Salah satu yang membuat menarik adalah adegan di bawah air. Syuting adegan ini sebenarnya hanya dilakukan selama satu hari saja di Tanjung Tinggi, Belitung. Tetapi persiapannya justru mencapai dua bulan. Mereka harus memesan casing khusus dari Australia untuk kamera. Tiga orang karakter remaja dalam film tersebut ‘terpaksa’ dibawa ke Jakarta untuk dilatih berenang.

Casting yang rumit
Satu hal lagi yang cukup menyulitkan tim produksi adalah proses casting. Ternyata cukup sulit untuk menyeleksi remaja di Belitung yang justru terkesan malu dan kurang spontan. Berbeda dengan casting lascar pelangi yang begitu mudah, karena mereka begitu dengar, datang dan antusias mengiktui alur cerita. Akhirnya, dari kemiripan wajah yang sesuai dengan gambaran buku dan skenario, ditemukanlah Rendi Ahmad (Arai), Vikri Septiawan (Ikal), dan Azwir Fitrianto (Jimbron).

Dalam Sang Pemimpi, produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza kembali menghadirkan ramuan yang istimewa karena racikannya yang terdiri dari potensi akting bintang film kawakan dengan jam terbang tinggi yang sudah tak asing di mata masyarakat, dan segarnya kehadiran pendatang baru yang telah melewati proses pelatihan cukup panjang. Zulfani, yang sempat kita saksikan beraksi sebagai Ikal ’Kecil’ dalam Laskar Pelangi, akan hadir kembali bersama Mathias Muchus dan Rieke Dyah Pitaloka sebagai orangtua Ikal. Lukman Sardi masih akan berperan sebagai Ikal ’Dewasa’. Peran Ikal, Arai dan Jimbron ’Remaja’ akan dimainkan oleh pendatang baru asli Belitung, yaitu Vikri Septiawan, Ahmad Syaifullah, dan Azwir Fitrianto. Tak ketinggalan, film ini pun menghadirkan Sandy Pranatha, juga anak asli Belitung, sebagai Arai ’kecil.’ Akan terlibat pula Nugie sebagai Pak Balia (seorang guru muda yang inspiratif dan bersemangat), aktor watak Landung Simatupang sebagai Pak Mustar (kepala sekolah yang keras dan galak), Maudy Ayunda sebagai Zakiah Nurmala (gadis Melayu nan cantik), dan Yayu Unru sebagai Bang Rokib (pelaut Melayu yang berpengalaman). Tak lupa film ini memperkenalkan Jay Widjajanto sebagai Bang Zaitun (pemusik Melayu lokal yang lihai soal asmara) yang mengajarkan Arai bernyanyi, dan Nazril Irham sebagai Arai ’dewasa’.

Ariel ‘Peterpan’ yang terlibat sebagai  Arai ‘dewasa’
Sang Pemimpi telah terpilih sebagai Opening Film untuk Jakarta International Film Festival (JIFFEST) 2009 yang akan digelar pada tanggal 4 Desember 2009 lalu. Dengan itu, Sang Pemimpi akan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi film pembuka pada ajang festival film internasional ini dalam sebelas tahun penyelenggaraannya.