JEJAKA-Jejak Jejak Kapmepi

Foto saya
Yogyakarta, Indonesia
Kami adalah sebuah wahana dan forum, tempat menampung para pemuda Luar Biasa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta... Kami Bernama Kapmepi (Kader Pengembang Moral Dan Etika Pemuda Indonesia)

Selasa, 05 Januari 2010

Sekilas Dari Sang Pemimpi

Setelah Nonton Bareng.....
ini dikit dari Sang Pemimpi :...
...
“Kalau tidak punya mimpi dan harapan, orang-orang macam kita ini akan mati,” ujar Arai.
Anda kenal dengan Arai dan Ikal ?, jika ‘ya’ maka pasti Anda telah membaca atau menonton film Laskar pelangi. Anak delapan tahun yang mengenyam pendidikan di madrasah yang nyaris roboh itu kini telah beranjak dewasa. Bertemu dengan sepupunya, Arai dan sahabat barunya Jimbron, mereka berusaha menggapai mimpi menjelajahi dunia. Mampukah mereka?

Dalam sekuel kedua film Laskar Pelangi ini, masalah yang akan dihadapi oleh tokoh-tokohnya akan jauh lebih kompleks dan dramatis. Terlebih tentang perasaan cinta, dan hasrat yang terpendam akan membius penontonnya di sela-sela cerita. Suasana tipikal kehidupan remaja kental dalam film ini. Remaja dengan mimpi yang besar, namun harus menghadapi tantangan sosial, ekonomi dan budaya yang berusaha menjerat mereka.

Berlatar 1980-an
Jika ikal kecil hidup pada tahun 1970-an maka, ketika beranjak remaja, masa pun berganti. Suasana diganti dengan era 1980-an, oleh karena itu tim produksi film benar-benar menciptakan suasana tersebut. Untuk menggambarkan kondisi Belitung masa itu, Riri bersama tim produksinya harus banyak melakukan riset. Mulai dari riset bangunan, kostum, gaya bahasa, sampai kecenderungan kegelisahan orang di masa itu.


Adegan di bawah air
Salah satu yang membuat menarik adalah adegan di bawah air. Syuting adegan ini sebenarnya hanya dilakukan selama satu hari saja di Tanjung Tinggi, Belitung. Tetapi persiapannya justru mencapai dua bulan. Mereka harus memesan casing khusus dari Australia untuk kamera. Tiga orang karakter remaja dalam film tersebut ‘terpaksa’ dibawa ke Jakarta untuk dilatih berenang.

Casting yang rumit
Satu hal lagi yang cukup menyulitkan tim produksi adalah proses casting. Ternyata cukup sulit untuk menyeleksi remaja di Belitung yang justru terkesan malu dan kurang spontan. Berbeda dengan casting lascar pelangi yang begitu mudah, karena mereka begitu dengar, datang dan antusias mengiktui alur cerita. Akhirnya, dari kemiripan wajah yang sesuai dengan gambaran buku dan skenario, ditemukanlah Rendi Ahmad (Arai), Vikri Septiawan (Ikal), dan Azwir Fitrianto (Jimbron).

Dalam Sang Pemimpi, produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza kembali menghadirkan ramuan yang istimewa karena racikannya yang terdiri dari potensi akting bintang film kawakan dengan jam terbang tinggi yang sudah tak asing di mata masyarakat, dan segarnya kehadiran pendatang baru yang telah melewati proses pelatihan cukup panjang. Zulfani, yang sempat kita saksikan beraksi sebagai Ikal ’Kecil’ dalam Laskar Pelangi, akan hadir kembali bersama Mathias Muchus dan Rieke Dyah Pitaloka sebagai orangtua Ikal. Lukman Sardi masih akan berperan sebagai Ikal ’Dewasa’. Peran Ikal, Arai dan Jimbron ’Remaja’ akan dimainkan oleh pendatang baru asli Belitung, yaitu Vikri Septiawan, Ahmad Syaifullah, dan Azwir Fitrianto. Tak ketinggalan, film ini pun menghadirkan Sandy Pranatha, juga anak asli Belitung, sebagai Arai ’kecil.’ Akan terlibat pula Nugie sebagai Pak Balia (seorang guru muda yang inspiratif dan bersemangat), aktor watak Landung Simatupang sebagai Pak Mustar (kepala sekolah yang keras dan galak), Maudy Ayunda sebagai Zakiah Nurmala (gadis Melayu nan cantik), dan Yayu Unru sebagai Bang Rokib (pelaut Melayu yang berpengalaman). Tak lupa film ini memperkenalkan Jay Widjajanto sebagai Bang Zaitun (pemusik Melayu lokal yang lihai soal asmara) yang mengajarkan Arai bernyanyi, dan Nazril Irham sebagai Arai ’dewasa’.

Ariel ‘Peterpan’ yang terlibat sebagai  Arai ‘dewasa’
Sang Pemimpi telah terpilih sebagai Opening Film untuk Jakarta International Film Festival (JIFFEST) 2009 yang akan digelar pada tanggal 4 Desember 2009 lalu. Dengan itu, Sang Pemimpi akan menjadi film Indonesia pertama yang menjadi film pembuka pada ajang festival film internasional ini dalam sebelas tahun penyelenggaraannya.

1 komentar:

Kapmepi Yogyakarta mengatakan...

hmm...kapan nii nonton lagee..??