JEJAKA-Jejak Jejak Kapmepi

Foto saya
Yogyakarta, Indonesia
Kami adalah sebuah wahana dan forum, tempat menampung para pemuda Luar Biasa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta... Kami Bernama Kapmepi (Kader Pengembang Moral Dan Etika Pemuda Indonesia)

Jumat, 26 Februari 2010

Makna Memperingati maulid Nabi Dan Kebangkitan Pemuda

Kmrn adalah Hari maulud Nabi besar muhammad, yg dirayakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Dan kalau kita pahami, beliau juga dapat dijadikan contoh bagi  pemuda di Indonesia. Meskipun begitu, tulisan ini bukan hanya dari kalangan muslim saja lo. Terbukti, Muhammad mjd nomor 1 dalam catatan orang yg paling berpengaruh, dan yg menulis adalah orang barat yg non Islam pula..

Memperingati Maulid Nabi bermakna meneladani jejak langkah sunnah Rasul yang telah di wariskannya. Beliau adalah teladan hidup yang menyemai banyak kebaikan dalam rangkaian keindahan hidup. Keteladanan yang akan senantiasa layak diikuti setiap generasi dari semua generasi sekarang maupun yang akan datang. Perjalanan sejarah hidup beliau melalui berbagai fase yang penuh kemandirian dan perjuangan. Semua perjalanannya juga dihiasi dengan keluhuran sikap dan ketinggian budi pekerti. Rasulullah yang lahir sebagai seorang yatim kemudian mampu menunjukkan berbagai hal tersebut di atas semenjak masa kanak-kanaknya.

Menurut berbagai riwayat, pada masa remajanya, Muhammad yang tinggal dengan pamannya, melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yang seusianya. Beliau memulai mengasah mentalitas wirusahanya dengan menjadi pengembala untuk orang-orang Mekkah di masa kanak-kanaknya. Dengan menjadi pengembala beliau mendapatkan upah. Guna meringankan sedikit beban yang ditanggung oleh pamannya. Beliau ingin berpenghasilan dan bisa mandiri. Tidak hendak berpangku tangan hanya sekedar bermain saja.

Sebagai anak muda yang jujur dan punya harga diri, beliau sama sekali tidak suka berlama-lama menjadi tanggungan pamannya yang memiliki beban keluarga besar. Sebuah perkerjaan yang kemudian mengantarkan beliau untuk lebih banyak merenung dan berpikir tentang kondisi kaumnya. Kaumnya yang saat itu terejerumus dalam berbagai bentuk kejahilliyahan, menyembah berhala, menjalankan riba, minum minuman keras serta pelbagai macam kesenangan dan hiburan sepuas-puasnya tidak menarik minat Muhammad remaja sedikitpun.

Jiwa bersihnya yang selalu mendambakan kesempurnaan menyebabkan beliau menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utama penduduk Mekah. Beliau mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan dengan julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa kanak-kanak gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak, sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (yang dapat dipercaya)

Dalam usia mudanya, jiwa entrepreneurship-nya semakin kuat karena sejak usia 12 tahun telah mengikuti perjalanan bisnis pamannya hingga ke Syria, Jordan, dan Lebanon saat ini. Ketika menginjak dewasa dan menyadari bahwa pamannya memiliki beban berat keluarga besar yang harus diberi nafkah, beliau mulai berdagang sendiri di Makkah. Profesi sebagai pebisnis ini dimulai dalam skala yang kecil dan bersifat pribadi. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya pada orang lain. Muhammad adalah seorang pemudah)miskin yang memulai bisnisnya dari tahap awal. Terkadang bekerja untuk mendapatkan upah dan terkadang sebagai agen untuk beberapa pebisnis kaya di kota Mekkah. Sampai akhirnya kemudian beliau menjadi pedagang yang sukses. Semua itu berkat kerja keras, keuletan dan tentu saja kejujuran beliau.

Pelajaran untuk Pemuda

Menyimak beberapa cuplikan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW di atas, ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan perenungan dan pelajaran untuk kita, khususnya generasi muda.

Pertama, tentang kemandirian. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan kemandirian ini semenjak kecil sampai dewasa. Sikap kemandirian inilah yang selama ini dirasa tidak banyak dimiliki oleh pemuda. Pola fikir dan kebiasaan mendapatkan segalanya dengan serba instan telah menyebabkan hilangnya sikap kemandirian ini. Sebagai dampak ikutannya, lahirlah sikap-sikap nyantai dan manja di kalangan para pemuda. Waktu yang mereka miliki lebih banyak dihabiskan dengan bermain game, balapan liar, nongkrong di pinggir jalan dan sebagainya yang sering kali menyebabkan munculnya berbagai penyakit sosial.

Kedua, adalah bagaimana kemudian Nabi Muhammad SAW tidak memilih-milih pekerjaan yang beliau geluti. Benar beliau adalah seorang anak yatim, tapi di sisi lain, beliau berasal dari keluarga terhormat di kalangan Kabilah Quraisy. Namun beliau tidak malu menggembalakan kambing-kambing milik penduduk Makkah. Hari ini, para pemuda banyak yang enggan terjun dan berkecimpung dalam lapangan pekerjaan sektor riil. Berapa banyak pemuda yang berprofesi sebagai petani atau di sektor UKM misalnya. Banyak kemudian yang lebih memilih untuk berharap menjadi pegawai, baik di pemerintahan ataupun di swasta. Bahkan terkadang demi sebuah status tak jarang kita jumpai orang-orang yang rela menyuap atau memanipulasi pendidikan. Padahal sektor riil seperti pertanian dan UKM inilah yang sudah terbukti mampu bertahan kala krisis ekonomi menghantam negeri kita.


Pelajaran ketiga, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kemudian para pemuda bisa meneladani sikap dan perilaku (atau akhlaq) yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW saat beliau muda. Beliau sudah mendapatkan gelar Al Amin di masa mudanya. Beliau juga tidak pernah menyentuh minuman keras, judi, berzina semenjak lahir sampai wafatnya. Padahal peluang untuk itu tentu sangat besar karena lingkungan yang ada begitu memungkinkan untuk itu. Keteladanan dalam akhlaq inilah yang saat ini sangat diperlukan oleh para pemuda.

Masih banyak pelajaran-pelajaran lain yang bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup Rasulllullah di masa mudanya bila kita gali dan mempelajari lebih jauh. Dengan penelaahan dan penggalian keteladanan Nabi Muhammad SAW ini diharapkan kita tak terpisah dari beliau walau kita sudah berjarak 1.431 tahun Hijriyah dari kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. Agar perayaan Maulid Nabi yang pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193) ini kemudian tidaklah hanya menjadi sebuah acara rutin belaka. Karena dalam rangka inilah kita peringati Maulid Nabi. Untuk Meneladani Beliau.. 

Salam Pemuda Indonesia !!!

Kamis, 11 Februari 2010

Reward Untuk KCB II, Yg memberi inisiatif bagi pemuda beretika

Sedikit Resensi..

Pernah Lihat Film Yg Satu ini kan Sobat??
Nah, setelah kami melihat film ini (alias setelah Admin web ini melihat nya maksudnya).red (hehe), maka bisa dikit d simpulkan, bahwa film ini memang layak tonton, bukan apa apa, tapi dilihat dari etika yg diambil, ini memang film yg sangat inspiratif. Bukan semata mata untuk kalangan Muslim saja, tapi ini merupakan salah satu entitas dan identitas bagi bangsa Indonesia, yg sopan, bermoral, dan penuh dg nilai adat dan tradisi, terlebih memang budaya Jawa yg mjd latar settingnya..

Nah, Sahabat..

Berbeda dengan karya sebelumnya, terutama Ayat Ayat Cinta, yang mengeksplorasi kisah seorang mahasiswa yang haus ilmu, novel Ketika Cinta Bertasbih, mengeksplorasi sosok mahasiswa yang berjiwa entrepreneur. Jadilah novel ini sebuah novel yang penuh dengan spirit entrepreneurship.




Jiwa entrepreneneurship seorang Habiburrahman nampak sangat kuat dan diwujudkan dalam tokoh utama. Perjalanan panjang tokoh utama, yang penuh dengan lika liku dunia entrepreneur, berhasil di gambarkan Habib dengan sangat memukau. Seperti karakter karya Habib sebelumnya, di dalam dialog dan berbagai peristiwa, selalu disisipi dengan ilmu dan pesan moral yang membangun jiwa. Kelihaian Habib dalam menyisipkan ilmu sebagai dakwahnya menjadikan pesan tersebut amat mudah diterima pembaca, tanpa merasa digurui.

Disana Sobat, Tersebutlah Azzam, tokoh utama, adalah mahasiswa Indonesia di Al Azhar. Ia adalah sosok anak Indonesia yang pintar dan bersahaja, namun lahir dari keluarga pas pasan. Jadi sangat khas indonesia. Kecerdasan Azzam terbukti tatkala di tahun pertama dia memperoleh predikat jayyid jiddan (baik sekali).

Namun ditahun kedua, ayahnya di Indonesia meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ibunya sering sakit sakitan. Padahal di Indonesia, ketiga adik perempuannya belum bisa diharapkan untuk membantu ibunya karena baru beranjak remaja. Yang harus membantu ibu dan adik adiknya adalah dia. Sebab dia adalah sulung di keluarganya. Azzam sangat menyadari posisinya itu. Maka sejak saat itulah ia mengalihkan konsentrasinya dari belajar ke bekerja. Jadilah ia di Cairo untuk bekerja sambil belajar.

Pekerjaan Azzam untuk membantu kelurganya di Indonesia adalah berjualan tempe dan bakso. Berhubung dia sangat berkonsentarasi dengan pekerjaannya,prestasi akademiknya menurun. Beberapa kali dia tidak naik tingkat. Walaupun akhirnya dia bisa lulus S1 setelah belajar selama sembilan tahun, dengan predikat yang tidak terlalu mengecewakan, jayyid.

Namun prestasi Azzam yang nyata adalah kesuksesannya dalam mengantarkan adik adiknya menggapai cita cita. Berkat bantuan biaya hidup dan motivasi dari Azzam, adiknya berhasil “menjadi orang”. Husna berhasil menjadi psikolog dan penulis terbaik nasional. Lia lulus PGSD, dan menjadi guru favorit di SDIT Al Ksutsar Solo. Sementara adik bungsunya,Sarah, hampir khatam menghafalkan Al Quran di Pesantren Al Quran di Kudus.

Isi surat antara Azzam dengan adiknya juga mencerminkan betapa besar kasih sayang dan pengorbanan seorang kakak kepada adik adiknya.

Sahabat, 

Kemampuan Azzam dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kondisi yang serba sulit inilah, yang menjadikan novel ini begitu menarik. Melalui tokoh utama, Azzam, Habib berhasil meniupkan roh atau jiwa entrepreneurship sejati. Ruh entrepreneurship sejati ini diantaranya: kreatif menciptakan dan mengemas ide baru untuk kemakmuran diri dan orang orang yang dicintainya( kreatif inovatif), berani mengambil resiko, menyukai tantangan, memiliki daya tahan hidup yang luar biasa, pantang menyerah, selalu ingin menyuguhkan yang terbaik, serta memiliki visi yang jauh kedepan.

Kisah Azzam sebagai tokoh utama tentu di bumbui dengan kisah tokoh tokoh lainnya yang tidak kalah seru. Kisah cinta segitiga khas mahasiswa dalam novel ini menjadikan alur cerita menjadi sedemikian romantis. Mau tidak mau, pembaca harus rela diaduk aduk perasaannya, mulai dari gemas, sedih, dan gembira. Yang jelas novel ini kaya warna. Saya sering tersenyum sendiri saat membayangkan Habib “memain-mainkan” perasaan pembaca dengan goresan penanya.

Ketulusan dan cinta. Itulah salah satu kekuatan karya Habib. Dengan ketulusan dan cinta yang apa adanya, disertai dengan keyakinan kuat dalam dirinya, Habib merajut kata demi kata, menjadi sedemikian indah, menarik,menyentuh hati, dan membawa pembaca seolah olah merasakan itu sebagai sesuatu yang nyata.

Habib berhasil menciptakan tokoh rekaan yang “selalu menjaga kesucian”. Seperti Fahri (Ayat Ayat Cinta), Zahid ( Di Atas Sajadah Cinta), Raihana (Pudarnya Pesona Cleopatra), Zahrana ( dalam Mihrab Cinta), dan Azzam (Ketika Cinta Bertasbih).

Sesuai dengan misinya untuk berjuang melalui pena, Habib sengaja memberikan alternatif bacaan positif buat masyarakat Indonesia. Tentu saja fenomena “tokoh suci” rekaannya tersebut, dipandang aneh dan bahkan ada yang mencibirkan. Maklumlah, selama ini masyarakat Indonesia memang banyak dijejali dengan cerita yang tidak mendidik. Sehingga ketika melihat tokoh “malaikat” dalam karya Habib, mereka melihatnya sebagai sesuatu yang terlalu dilebih lebihkan. Padahal keunggulan dan ke”alim”an tokoh yang diciptakan Habib sebetulnya masih dalam taraf biasa saja. Seandainya masyarakat sudah biasa disuguhi dengan karakter positif yang di perankan para tokoh tersebut.

Di lihat dari sudut pandang sastra, bahasa yang digunakan bang Habib memang biasa biasa saja. Bahasa yang dia pakai tidak seperti bahasa karya sastra lainnya yang cenderung puitis dan kadang sulit dipahami. Justru disitulah kekuatan karya Habib. Semua kalangan bisa menikmatinya tanpa harus berpikir keras untuk memahami rajutan kata yang dirangkainya.

Kami berharap Kang Habib konsisten menampilkan tokoh “malaikat” dalam setiap karyanya, sehingga masyarakat akan semakin terbiasa dan menerima itu sebagai sebuah keniscayaan.
Disinilah perjuangan dan tantangan Kang Habib yang sesungguhnya..

Terus berjuang Kang Habib...
Salam Pemuda Indonesia !!!

--Saka Prayitno--
Divisi Opini Publik
Jum'at 12 Feb 2010

Kamis, 04 Februari 2010

Aku adalah wanita

Saat kecil, pernah aku bertanya kepada ibuku…duhai ibu kenapa aku beda dengan abang, abang wajahnya bergaris kokoh sedangkan aku bulat telur, dia sering diminta ayah untuk membantu memanjat kelapa, sedang aku dminta ibu untuk mencuci piring atau memasak. Sedangkan tahukah engkau ibu! aku sebenarnya lebih suka memanjat pohon jambu mete disamping rumah kita, mengumpulkan bijinya, memakan daging buahnya, menyesapnya lalu membuang ampasnya sambil berusaha menyepahnya jauh-jauh dari mulutku, bahkan ketika aku  berlomba dengan  abang untuk mencari kayu bakar dihutan, siapa yang mengumpulkan paling banyak dialah yang berhak bermain game bot pertama kali ketika pulang sampai dirumah. aku begitu gagah berani menyusuri diantara semak2 tinggi, tak takut akan pacet yang siap menghisap darahku layaknya vampire, akulah yang sering memanjat pohon-pohon untuk mematahkan dahan yang kering.. Dan tahukah engkau ibu, aku yang sering mememangkan kompetisi itu. Ketika SMA aku memperoleh pemahaman kenapa aku berbeda dengan abang,  hanya satu kalimat ibu “bahwa Hawa diciptakan itu dikarenakan adam merasa kesepian”. Pemahaman ini berawal dari pemilihan ketua OSIS, aku mencalonkan diri, sedangkan calon yang lain adalah lelaki. teman lelakiku itu tak mau kalah, bahkan berusaha menjatuhkanku dengan berbagai cara, untuk mematahkan mentalku sebelum kampanye lisan, dia mendatangi kelasku dan dengan dingin mengatakn “tak layak kau jadi ketua osis, wanita tak akan mampu!”. Sakit rasanya saat itu ibu, dengan begitu garang aku hanya mengatakan “kita buktikan saja nanti!”, dan ternyata ucapanku benar ibu, aku yang lolos menjadi ketua OSIS. Aku yakin karena aku lebih populer dibandingkan dia, aku lebih punya dukungan karena aku yang sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba karya tulis remaja, tartil, kaligrafi atau lomba desain kartu lebaran bahkan aku menjadi  runner up setelah orang jenius disekolahku ketika kompetisi bahasa inggris antar wilayah.  Namun ibu, saat itu obsebsiku untuk menjadi ketua OSIS sebenarnya bukan karena aku ingin memperjuangkan harapan teman-temanku ataupun visi lain yang lebih ideologis. Tidak ibu!! obsebsiku hanya satu aku harus mengalahkan teman lelakiku itu. Dan aku sudah berhasil ibu. itu cerita ketika aku SMA ibu, namun pemahamanku tentang penciptaan hawa belum bertambah ibu. Ketika aku kuliah, aku juga mendapatkan jurusan sesuai dengan yang aku inginkan. Ini berkat do’amu ibu. Saat kuliah, muncul berbagai tawaran, aku harus memilih diantara banyak organisasi yang ada dikampus, ada yang menawarkan seni seperti yang aku bayang-bayangkan dulu, Seradikalnya ananandamu ini tak pernah pula aku memimpikan menjadi artis yang hanya sekedar jual tampang ataupun menjadi pengorek berita artis yang lain, sungguh ibu aku tidak mau memakan bangkai saudaranya sendiri. Aku hanya ingin bermain pantomime. Melihat orang lain tertawa ternahak-bahak puas rasanya, atau menjadi pengemis yang hina sehingga membuat orang trenyuh kelihatanya lebih memuaskan hati. Atau ikut MAPALA naik gunung biar terlihat macho. Tak tahulah ibu, saat itu aku hanya ingin dilihat orang lain keren, kembali tanpa ada alasan ideologis pula.  Saat itu aku juga ikut sejenis latihan training keislaman dasar, itupun awalnya karena gendut, temen akrab lelakiku ikut pula. Ibu saat itu aku tak “sreg”, kenapa pula laki-laki harus dipisah, duduk dipisah tak boleh senda gurau berlebihan. Katanya membuat hati mati. Kalau ada hati yang mati, bearti ada pula hati yang sakit ataupun hati yang sehat. Tak pedulilah aku, saat itu fokusku, ku hanya pingin pulang cepat, tapi tetap saja tak bisa karena kami diangkut pakai bis, dan letaknya sangat jauh dari wilayah kampus, ku hanya mencoba bertahan saat itu ibu. Namun ada satu hal ibu, pemahamanku bertambah, ini berawal dari ustad muda yang memberikan nasehat denagn cara yang unik, tak buat mata ini mengantuk. Beliau menjelaskan tentang penciptaan manusia. Kenapa ada adam, kenapa pula ada hawa. Katanya sama saja lah laki-laki sama wanita, sama-sama manusia tugasnya sama menjadi pemimpim, minimal pemimpim bagi dirinya sendiri. Yang membedakan adalah ketaqwaanya.  Ibu, aku tercerahkan, berarti manusia itu intinya sama baik laki-laki maupun wanita, yang membedakan hanya kualitasnya. Sejak saat itu ibu, aku melonjak tinggi. Berkarya diberbagai organisasi dan menjadi  garda terdepan memperjuangkan kepentingan umat. Bahkan akupun mulai merambah wilayah masyarakat. Bahu membahu baik putra maupun putri, tanpa ada diskriminasi mahluk Tuhan yang berinisial wanita. Mereka memberi ruang yang luas untukku berkontribusi sesuai dengan kompetensi yang kumiliki. Sungguh ibu, aku semakin paham tentang peranku. Bahkan ketika muncul tentang konsep feminisme yang katanya memperjuangkan persamaan kedudukan wanita atas lelaki, Ibu sungguh aku tidak tertarik sedikitpun. Mereka menghembuskan isu problematika wanita sebagai mahluk terbelenggu, korban opresi, tak berkebebasan, termarginalkan, terdiskriminasi, tertindas dan segala ter- yang menerangkan kenelanngsaan kaum wanita, jelaslah ibu, ini hanya produk pelembagaan sesat fikir musuh Islam melalui proses dramatisir. Tidak ibu, islam tidak pernah mendiskriminasikan wanita, justru islam memuliakan dengan memberikan kebebasan wanita untuk melakukan peranya, asalkan dalam batas syariat yang ditetapkan. Sungguh ibu, aku bangga menjadi wanita. terimaksih untuk cinta yang telah engkau curahkan (Yogyakarta, 2010)..

By: Murniningsih S.Pd. Si (Ketua Deputi Media dan Opini Publik FKAPMEPI Yogyakarta)